Penulis: Ria M
Sandwich child, anak kedua dari tiga bersaudara ini bernama Ni Luh Sriartini. Perempuan yang lahir di Umalas dekat Seminyak, Bali tersebut memutuskan untuk tinggal di Jerman.
Mendapatkan suami berkewarganegaraan Jerman dan merawat mertua yang kini sudah berusia 90 tahun adalah alasan Ni Luh menetap di Jerman. Anak semata wayangnya pun juga bersekolah di Jerman. Selain menjalani kesehariannya menjadi ibu rumah tangga, Ni Luh Sriartini memanfaatkan waktunya untuk bekerja paruh waktu menjadi therapis di sebuah SPA ternama.
Tahun 2022 adalah tahun istimewa karena ia mendalami dunia baru yakni menulis. Ia dan teman sesama WNI di Jerman juga tergabung dalam grup Masinjer. Sebuah karya antologi telah berhasil ditelurkan bersama komunitas menulis di Jerman. Di dalam grup Msinjer, Warga Negara Indonesia yang baru datang ke Jerman bisa mendapatkan bimbingan perihal karir, sekolah, menikah, dll.
Kepada tim Kabar Tokoh, Sriartini berkisah bahwa semangatnya kian menyala karena ia berhasil menerbitkan dua buku solo yang berisi kisah putri tercinta dan torehan kisah kehidupannya selama hijrah ke Jerman.
Brand yang ia beri nama Heidi De La Cruz ini pun mendapat sambutan pasar yang bagus. Sriartini telah berhasil menghidupkan semangat masyarakat lokal karena songket hasil tenunan warga lokal bisa menjadi bahan utama produk Heidi De La Cruz. Bahkan, saat pandemi Ni Luh Sriartini bisa menghidupkan kembali ekonomi warga yang sempat meredup.
Tak hanya di bidang fashion, Sriartini juga turut mempromosikan Bali pada Parade Del Kultur Frankfurt, yaitu pawai berjalan kaki mengenakan pakaian adat di bawah terik matahari. Parade tersebut diikuti peserta yang berasal dari mancanegara.
"163 negara kalau aku ngga salah ingat," kata Ni Luh Sriartini.
Mendapatkan suami berkewarganegaraan Jerman dan merawat mertua yang kini sudah berusia 90 tahun adalah alasan Ni Luh menetap di Jerman. Anak semata wayangnya pun juga bersekolah di Jerman. Selain menjalani kesehariannya menjadi ibu rumah tangga, Ni Luh Sriartini memanfaatkan waktunya untuk bekerja paruh waktu menjadi therapis di sebuah SPA ternama.
Tahun 2022 adalah tahun istimewa karena ia mendalami dunia baru yakni menulis. Ia dan teman sesama WNI di Jerman juga tergabung dalam grup Masinjer. Sebuah karya antologi telah berhasil ditelurkan bersama komunitas menulis di Jerman. Di dalam grup Msinjer, Warga Negara Indonesia yang baru datang ke Jerman bisa mendapatkan bimbingan perihal karir, sekolah, menikah, dll.
Kepada tim Kabar Tokoh, Sriartini berkisah bahwa semangatnya kian menyala karena ia berhasil menerbitkan dua buku solo yang berisi kisah putri tercinta dan torehan kisah kehidupannya selama hijrah ke Jerman.
"Aku tulis ceritaku disini di memoar buku Solo Jegeg Bali working in Germany." Setelah buku solo-nya lahir, Sriartini terus aktif menetaskan buku baru yang tak kalah keren.
Cara Ni Luh Sriartini Mengenalkan Indonesia Pada Dunia
Meski tinggal di Jerman, namun Sriartini aktif mempromosikan budaya Indonesia melalui karyanya di bidang fashion. Ia membuat brand dengan mengusung Endek yaitu kain tenun bali dan songket untuk dijadikan tas, baju, selendang, dan jga kebaya. Nuansa modern namun tidak menghilangkan unsur tradisional adalah ciri khas produk cantiknya.
Brand yang ia beri nama Heidi De La Cruz ini pun mendapat sambutan pasar yang bagus. Sriartini telah berhasil menghidupkan semangat masyarakat lokal karena songket hasil tenunan warga lokal bisa menjadi bahan utama produk Heidi De La Cruz. Bahkan, saat pandemi Ni Luh Sriartini bisa menghidupkan kembali ekonomi warga yang sempat meredup.
Tak hanya di bidang fashion, Sriartini juga turut mempromosikan Bali pada Parade Del Kultur Frankfurt, yaitu pawai berjalan kaki mengenakan pakaian adat di bawah terik matahari. Parade tersebut diikuti peserta yang berasal dari mancanegara.
"163 negara kalau aku ngga salah ingat," kata Ni Luh Sriartini.
Menguak lebih dalam, siapa sangka ternyata Ni Luh Sriartini merupakan penari bali saat masih remaja. Ketekunannya belajar bersama guru tari di sekolah membawanya bisa meliukkan tari Bali pada pentas di sekitar tempat tinggalnya. Salah satu yang pernah ia bawakan adalah tari Margapati ciptaan I Nyoman Kaler pada tahun 1942. Tari tersebut menceritakan perilaksana raja hutan yakni Singa yang memburu mangsanya. Meski sudah tidak lagi menari namun ia bangga karena keponakan meneruskan titahnya bahkan menjadi penari nasional.
Kiprah Ni Luh Sriartini yang sukses membawa nama Indonesia berkibar di Jerman bisa menginspirasi kita semua. Melalui budaya, Sriartini terus merasa bahwa Indonesia selalu di hatinya. (RM)
Posting Komentar untuk "Ni Luh Sriartini, Harumkan Indonesia Lewat Budaya dan Karya di Jerman"